Kamis, 05 Februari 2009

Fikirkan, Putuskan, Lakukan dan Tanggung Jawab

Teringat pada waktu minum koopi sambil menghisap rokok Dji Sam Soe diwarung itu, oborolan terjadi antara q dan beberapa teman. Secara tak sengaja muncul pertanyaan yang pada waktu itu cukup menggoda untuk kami bicarakan. Salah seorang teman q bertanya “ ngomong2 siapa figur yang kamu idolakan?”. Seketika itu juga teman q yang pertama menjawab “aku memilih thomas alfa edison” kami bertanya “mengapa ?”. Dia menjawab “karena dialah penemu dari lampu pijar, sehingga bumi yang semula gelap gulita sekarang telah menjadi terang benderang”.. kami semua mengangguk. teman q yang kedua menjawab “umar bin khotob itulah idola q, karena beliau adalah teladan bagi semua pemimpin dunia ini, sifat jujur, adil, pemberani dan segala kebaikan dimilikinya”. Untuk kedua kalinya kami semua mengangguk. Ketika sudah tiba giliranku teman2 bertanya “ la sopo sing dadi idolamu?”. Tanpa ragu lagi aku menjawab “idola q adalah syaitan”, tanpa menunggu selesai bicara, mereka langsung menyerca q dengan sewidak rolas pertanyaan yang intinya tidak cocok dengan jawaban yang baru q utarakan pada teman2.

Seketika itu suasana menjadi dingin karena teman2 marah padaku. Tapi q coba untuk menjelaskan sebisa q tentang alasan kenapa memilih syaiton sebagai salah satu idola q.” Hai dulur, coba kita berfikir kembali tentang bagaimana syaitan itu bekerja, mulai nabi adam dahulu sampai sekarang mereka selalu menggoda umat manusia untuk berbuat kejahatan dan mengajak umat manusia sebagai teman dineraka nanti, tidak terbesit sedikitpun rasa menyerah pada diri mereka, yang ada hanyalah kata bisa dan bekal keoptimisan yang tinggi dalam menggapai tujuanya yaitu menggoda manusia, tidak pernah ada kata putus asa dalam kamus mereka. Dan sebenarnya inilah yang ingin q ambil pelajaran dan pembuktian bahwa dalam sesuatu yang sering kita anggab jelek, ketika kita mau sedikit lagi membaca pastilah ada yang bisa kita ambil sebagai bahan pelajaran bagi hidup ini’. Seketika itu pula teman2 q terdiam dalam pemikiran.

Kalau kita mau menengok lagi bahwa syaitan memberikan contoh bagaimana ia mampu untuk memanage langkahnya terhadap upaya untuk menggoda manusia dengan didasari keoptimisan yang tinggi, ketika kita mau belajar lagi dari realita disini tentunya kita akan malu bahwa dalam prinsip hidup untuk mengejar asa, kita sering dikalahkan oleh syaitan yang notabane nya adalah makhluk yang terlaknat, kita sudah sangat terbiasa dengan kata “aku tak bisa dan aku tak mampu untuk mengerjakan hal ini”, padahal kalau kita mau melihat lagi bahwa sebenarnya kata2 itu belumlah pantas untuk kita ucapkan, kita sering tidak mau mencoba dan mencoba, kita hanya stagnan pada posisi yang sama, hidup hanyalah statis tanpa adanya upaya untuk menjadikanya dinamis, kita terlalu banyak alasan dengan kelemahan yang ada pada diri kita, kita terlalu sering menyalahkan faktor external sebagai penghambat usaha kita untuk maju, kita hanya sering mengatakan “aku kok tidak bisa ya?, aku kok bodoh ya ?” dan hanya itulah yang berulang kali kita ucapkan setiap harinya. Dengan kata lain kelemahan yang ada malah kita mengexploitasi menjadi bumerang bagi kita, kita jarang sekali mengucapkan dan berfikir “bagaimana saya untuk bisa? Bagaimana saya untuk bangkit dari keterpurukan ini?”. Dan sebenarnya pertanyaan yang menggelitik yang harus kita jawab adalah “ masa kita kalah dengan syaitan dalam berusaha?”.

Seharusnya ketika kita sudah menyadari dengan segala kekurangan yang ada, kita harus bisa berdiri dan bangkit dari kekurangan itu, karena setiap manusia pastilah punya kelebihan dan kekurangan sendiri2 yang itu merupakan sunatullah. Kekurangan yang ada haruslah dijadikan sebagai batu loncatan kearah yang lebih baik lagi. Ingat dulur, bahwa bukan hanya kesadaran yang diperlukan untuk menjadikan diri kita lebih baik, akan tetapi butuh kerelaan hati untuk melakukan sebuah perubahan yang diwujudkan dengan perbuatan.

Masalah yang baru dan sering terjadi adalah ketidak sanggupan dalam melakukan hal2 yang menjadi solusi dari setiap kekurangan yang ada, seperti halnya kita sudah tahu bahwa solusi satu2nya dari peningkatan kualitas skill kita dalam ranah divisi adalah dengan jalan latihan, baik itu latihan individu atau latihan secara rutin yang telah dicanangkan oleh pihak latbang, kita terlalu sering memandang latihan hanyalah sebuah formalitas rutinan saja yang tentunya kita sering kali tidak bersemangat dan hanya sekedar ikut2an, kita jarang memaknai latihan sebagai salah satu proses pemahaman tentang perjalanan hidup.

Kalau kita lebih meneliti lagi bahwa ketika dari pengurus divisi mengadakan latihan maka tentunya ada yang dinamakan tahapan2 ataupun proses menuju latihan yang ideal, seperti adanya persiapan2 yang berfungsi sebagai pendukung dari proses latihan itu sendiri. Seperti halnya menyiapkan sound sistem atau sering akrab ditelinga kita sebut dengan “Ceck Sound” pada divisi musik serta menyiapkan peralatan audio untuk divisi qiroah juga seperti halnya menyiapkan aneka cat, kuas, kertas dan peralatan lainya untuk divisi khot. Proses berikutnya adalah latihan itu sendiri yang didalam nya harus ada seorang leader yang berfungsi sebagai penanggung jawab dan bertugas memimpin jalanya latihan. Setelah itu proses terakhir adalah evaluasi, dalam evaluasi, kita digembleng secara mental untuk berani mempertanggung jawabkan segala yang kita lakukan pada waktu latihan.

Begitu juga dalam hidup ini, tentunya kita akan selalu dihadapkan dengan namanya tahapan, ternyata kita bisa belajar memandang dan berorientasi hidup seperti halnya latihan yang sering kita lakukan, sama halnya ketika kita ingin menggapai segala tujuan, tentunya kita akan selalu menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan tujuan itu baik itu secara materi or imateri, persiapan diperlukan sebagai sarat mutlak dalam mensukseskan tujuan, setelah persiapan selesai barulah kita mengerjakan apa yang kita rencanakan. Proses yang terakhir adalah tanggung jawab kepada setiap perbuatan yang kita lakukan, dan ingat dulur q “fikirkan, putuskan, lakukan dan tanggung jawab”. ^_^.

612X!!