Kamis, 25 Juni 2009

The Marriage of Saudi Power and Wahhabi Teaching Bernard Lewis

The Marriage of Saudi Power and Wahhabi Teaching
Bernard Lewis

Biografi Bernard Lewis
Bernard Lewis (lahir 31 Mei 1916, London) adalah sejarawan Yahudi Inggris-Amerika yang menjabat sebagai Profesor Kehormatan bidang Timur Tengah di Universitas Princeton. Ia mendalami sejarah Islam serta interaksi kebudayaan Barat dan Islam. Ia dikenal karena karyanya tentang sejarah Kekhalifahan Utsmaniyah dan debat intelektualnya dengan Profesor Edward Said tentang konflik Israel-Palestina. Ia merupakan ahli di bidang Timur Tengah, dan merupakan penasihat George W. Bush dalam Perang Irak. Dalam Encyclopedia of Historians and Historical Writing, Martin Kramer, yang tesis Ph.D-dibimbing oleh Lewis, menganggap Lewis merupakan "sejarawan Islam dan Timur Tengah paling berpengaruh pasca perang. "
Selama bertahun-tahun dia adalah salah satu dari sedikit cendekiawan Eropa diizinkan untuk mengakses arsip dari Kekaisaran Ottoman di Istanbul. Selain itu studi sejarah keislaman, ia telah menerbitkan terjemahan klasik Arab, Turki, Persia dan puisi Ibrani. Professor Lewis juga banyak sekali menerbitakan berbagai macam buku diantaranya , The Arabs in History , What Went Wrong? and The Crisis of Islam: Holy War and Unholy Terror .


Ringkasan Kandungan The Marriage of Saudi Power And Wahhabi Teaching
Muhammad ibn ’Abd al-Wahhab (1703-1792) merupakan ahli teologi dari wilayah Najd di Arabia yang menjadi pendiri ajaran Wahhabi, ajaran ini mengamapanyekan pemurnian dan keaslian ajaran islam kepada ajaran asalnya. Beliau dalam mengajarkan ajaran wahhabi didukung penuh oleh para tokoh penting yaitu sheikh-sheikh yang merupakan keturunan dari kerajaan saudi. Para shiekh itu juga mendukung pemurnian ajaran islam dengan salah satu cara membersihkan dan menghancurkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.
Penguasa saudi di Najd pada waktu itu merangkul faham wahhabi sebagai salah satu cara untuk menjatuhkan kerajaan ustmani. Dengan berdalih memurnikan ajaran islam mereka secara gencar melancarkan kampanye pemurnian islam di wilayah arab pusat, bagian timur, dan juga kedaerah negri-negri sabit dengan melakukan serangkaian penyerangan. Setelah menaklukan karbala sebagi kota suci kaum syiah, mereka melanjutkan expansinya ke daerah hijaz dan melanjutkan ke kota makah dan amdinah dengan dalih ingin mensucikan kedua kota itu. Akan tetapi para penguasa Ustmani tidak tinggal diam, walaupu mereka mengalami kemunduran, mereka akhirnya bersekutu dengan Pasya dari mesir untuk menumpas gerakan wahabi dan pemberontakan yang dilancarkan oleh kerajaan Saudi. Dalam kelanjutanya mereka berhasil memukul mundur kerajaan Saudi pada tahun 1818, dan penguasa saudi diasingkan dan dihukum mati di Istambul. Walaupun kerajaan Saudi pada saat itu berhenti berjalan akan tetapi ajaran dari wahhabi tetap bertahan.
Kebangkitan aliran wahhabi yang cukup signifikan pada abad 18, dikarenakan pada waktu itu ajaran ini sangat dirasakan sebagai akibat dari mundurnya peradaban Islam dan majunya umat Kristen. Wahhabi muncul seolah-olah sebagai sebuah solusi dari permasalahan-permasalahan itu. Faktor lain dikarenakan semakin terpuruknya kerajaan Utsmani di Balkan dimanfaatkan oleh kerajaan Saudi dan wahhabi sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak kekuasaan mereka. Aliran wahhabi dalam perkembangan idiologinya sangat menentang bentuk-bentuk pembaharuan dalam Islam, mereka berpendapat bahwa Islam harus diamalkan semurni mungkin, mereka juga sangat membenci ketika ada upaya-upaya untuk menjatuhkan Islam baik itu dari kalangan luar ataupun kalangan dalam Islam sendiri. Oleh karena itu mereka sangat bertolak belakang dengan kalangan ataupun aliran didalam Islam yang lebih moderat, seperti Sunni, Syiah dan juga aliran Sufi, mereka bahkan mengharamkan dengan kemunculan tasawuf yang dipelopori oleh para Sufi. Wahhabi sangat bertolak belakang pemikiran dengan aliran-aliran tersebut bahkan muncul sebagi musuh dari aliran tersebut.
Wahhabi dalam menjalankan ajaranya didukung oleh pemerintahan kerajaan saudi dengan mewajibkan masyarakat yang ada untuk ikut dan patuh dengan segala peraturan yang ada, bisa dikatakan mereka menggunakan segala upaya dalam mensukseskan apa yang mereka percayai, seperti halnya terjadi banyak kekerasan dimana-mana, pemenggalan terhadap orang ang dipandang kafir, membongkar makam-makam, menajiskan tempat-tempat yang tidak sesuai dengan aliran mereka serta yang lebih parah lagi pembakaran terhadap banyak literatur atau buku-buku yang tidak sesuai dengan ajaran wahhabi dan biasanya disertai dengan adanya hukuman berat seperti hukuman mati bagi penganut dan pembaca buku-buku itu.
Penggabungan antara kerajaan saudi dan juga ajaran-ajaran aliran wahhabi dirasakan semakin kuat, penyatuan dari keduanya merupakan aspek yang sangat penting terhadap kemajuan dari apa yang mereka rencanakan. Hal ini bisa dilihat dari suksesnya berbagai macam perlawanan yang dipelopori oleh kerajaan saudi dan aliran wahhabi terhadap kerajaan Ustmaniah yang pada saat itu kehilangan momentumnya, sehingga dua kekuatan ini muncul sebagai kekuatan yang besar baik itu dalam hal pemerintahan ataupun dalam proses doktrinisasi aliran wahhabi itu sendiri. Disisi lain kerajaan saudi juga membangun berbagai bentuk kerjasama dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan dari dunia luar, bisa dilihat ketika mereka mengadakan kerjasama dengan Inggris pada bulan Desember 1915. Dari perjanjian ini kerajaan Saudi mendapatkan jaminan pengakuan kedaulatan dengan bentuk tunjangan dan juga bantuan manakala terjadi penyerangan.
Kerajaan Saudi melanjutkan kebiasaan kekuasaan seperti yang pernah ada pada zaman Utsmaniah yaitu dengan sistem kerajaan yang menunjuk keturunan dari raja atau putra makota untuk menjadi penerus dari kerajaan tersebut. Disisi lain perkembangan ajaran Wahhabi serta keuasaan kerajaan saudi tidak terlepas dari pada kekayaan dari sumber minyak serta hak untuk mengelola dua kota suci umat islam, yaitu Makkah dan Madinah, dari penghasilan itu mereka mampu membiayai seluruh penyebaran ajaran Islam menurut versi Wahhabi baik itu melalui penerbitan buku-buku maupun melalui propaganda-propaganda yang mengatasnamakan pemurnian agama islam. Jadi sudah selayaknya ketika wahhabi mampu muncul sebagai sebuah faham yang dapat berkembang dengan sangat cepat dan luas karena didukung dengan sumber pendanaan yang begitu kuat yaitu dari minyak dan hasil pengelolaan dua kota suci umat Islam yang setiap tahunya dkunjungi oleh berjuta-juta umat islam dari seluruh penjuru dunia dan tentu saja hal ini akan banyak mendatangkan keuntungan finansial bagi tata kelola keuangan mereka.

Analisa
Dari bab yang ke delapan tentang “The Marriage of Saudi Power And Wahhabi Teaching” kita banyak mendapatkan pemaparan-pemaparan tentang asal usul dari kerajaan Saudi dan juga ajaran aliran wahhabi. Disisi lain kita disuguhkan tentang pergolakan politik yang ternyata mempunyai perananan yang sangat signifikan terhadap perkembanagan keduanya. Dalam penjelasanya Lewis menampilkan integrasi antara kerajaan Saudi dan aliran Wahhabi muncul dengan begitu kuatnya, hal ini dilandasi dengan adanya simbiosis mutualisme antara keduanya. Kerajaan Saudi sebagai system pemerintahan dan aliran Wahhabi sebagai faham resmi dari kerajaan tersebut.
Yang perlu ditelaah lagi terlepas dari fakta-fakta yang ada, Bernard Lewis adalah seorang orientalis yang dalam berbagai tulisanya terkesan tidak objective dalam memandang islam . Bisa kita lihat dari pemaparan data yang ada, lewis membingkai kerajaan Saudi dan Wahhabi sebagai gerakan yang dalam mekanisme kemunculan serta perkembanganya mengarah seperti gerakan “teroris” yang senantiasa muncul dengan cara yang tidak humanis, dia membingkai dengan lebih banyak memunculkan aspek kekerasan dari keduanya, bahkan sejauh pengetahuan saya, aspek historis memang dikupas mendalam akan tetapi ajaran keislaman dari Wahhabi itu sendiri dimunculkan sangat sedikit. Sehingga muncul anggapan bahwa pergolakan yang ada hanya menembus kearah ranah politik dan kekuasaan semata.
Lewis dalam penjelasanya terkesan memunculkan bahwa pergolakan yang ada kepada tataran subyek pelakunya atau dalam bahasa lain lebih mengerucut kepada “siapa yang salah”, bukan mengarah pada objek “apa yang salah” dari fenomena yang terjadi, sehingga dengan tanpa sadar pembaca akan diarahkan kepada penghakiman sementara terhadap tokoh-tokoh yang ada pada waktu itu. Padahal seharusnya ketika kita selesai membaca terhadap konteks sejarah yang ada, bukan hanya persoalan apa yang terjadi dalam sejarah tersebut, akan tetapi bagaimana kita mampu belajar dari sejarah yang ada dengan mengedepankan konsep “al-mukhafadlotu ‘ala qodimi as-sholikh, wal akhdu bil jadidi aslah”.
Yang terpenting dari berbagai pemaparan diatas adalah kejelian kita sebagai pembaca untuk memahami apa yang terjadi dan bagaimana serangkaian peristiwa sejarah ini bias terjadi serta bagaimana sebagai seorang pembaca mampu besikap objective terhadap wacana-wacana yang muncul, hal ini perlu dilakukan karena mempelajari sejarah tentu saja akan memperkaya khasanah keilmuan kita, dengan syarat kita mampu bersikap dewasa dalam pemahaman dan bagaimana kita mampu mengaktualisasikan teks-teks yang ada kedalam ranah yang lebih humanis untuk dipraktikan.
Wallahu a’lam.

Rabu, 17 Juni 2009

Capitalism Media “The Mother of Coquettishness and Violence”


Capitalism is the economic system in which the means of production are spread to openly competing profit-seeking private persons and where investments, distribution, income, production and pricing of things and services are mainly determined through the operation of a market economy in which anyone can participate in supply and demand and form contracts with each other, rather than by central economic planning. Capitalism is originally defined as a mode of production, where it is characterized by the predominant private possession of the means of production, distribution and exchange in a mainly market economy. Capitalism is usually considered to involve the right of individuals and businesses to trade, incorporate, and employ workers, in goods, services labor and land. In modern "capitalist states", legislative action is confined to defining and enforcing the basic rules of the market though the state may provide a few basic public goods and infrastructure.
Some have argued that the concept of capitalism has limited analytic value, given the huge variety of historical cases over which it is practical, varying in time, geography, politics and culture, and some feel that the term "mixed economies" more exactly describes most contemporary economies. Some economists have specified a variety of different types of capitalism, depending on specifics of concentration of economic power and wealth, and methods of capital accumulation.
Now, the capitalism system has already included to mass media and attack society, it can proof in situation and condition in this country. As an example, in the city and village almost of teenagers have dream and ambition to follow casting and audition that under one's belt by mass media. They want to get an opulence and popularity. Why? Just one answer: mass media. They believe that mass media is the source of information, interpretation those able to influence felling and human attitude, instrument to make anything, and it can accumulate the global information.
In this reformat era, with opened of freedom that are signed by dispersal of providing information department with their sensor department, mass media that has violence inclination and pornography already sprouted. Almost of media race to get royalty and profit-seeking by showed all of sex menus, begin with the news all at once ravishment reconstructions until the advertisement of cellular phone by showed very vulgar pictures. It can see in internet, television, radio, and theater. It is not the secret if almost the consumer canalized the sexual fantasy by the pornography web that so much. The Dangdut music in the television appears that the artist just showed their erotic dancing and the core graver than the good voice and harmonic of music.
Our beholders got many under covers advertising behind celebrity news. Begin the clothes collection, their wedding, pregnant until divorces. All of showed by a good many cover, for example; media tray to show with multiple diverse, already agenda that confront the artist and devotee by dating days, there is agenda that asked beholder with sending SMS to their artist, in the other hand, the communicate and information system are domination by a glamour, veneration, and just consumption aspect. Imagine that the word that already prepare in advertising project especially in the cosmetic product makes the consumer particularly women felling not enjoy with their performance. Imagine that women in the villages who are poor and don’t have enough money because are contemptible by a beautiful girl begin to buy and pursue all of white a cosmetic product without thinking about the effect of that’s product. Capitalism media have already makes culture “flirtatious” in this country.
Radio also don’t want to remainder, conversation with devotee that has used the expert in sex as a tutor about sex problem already working trough everyday, like conversation about masturbation and orgasm. Before the private channel of television is appeared, many movies producer in our country more chose profit oriented than qualities and artistic product, they only take sex and really amoral title of movies. Now after already little bit resurgence, cinema movies adopt the Hollywood movies by take theme like homosexuals, and sexual relationship without marriage.
One of mind shaft of pornography is advertisement, in fact, the advertising that does not have any relation with pornography like jamu, strong medicine, supplement, condom, and etc. in other hand, criminal news in television and newspaper look like want to stimulus a whiled fantasia for their consumer by performed catching criminal operation whose very over acting like FBI agent and likes the acting in a Hollywood movies. That more apprehensive, can firm that every crime news there is “special” crime, like anarchism that have place in our society that begin got social justification, like executed of pickpocket with combustion, sexual crime, violation, indecent crime, and etc.
Pornography, agree or disagree, our society very interest it. The pornography program in mass media has more time than other program, above all religious program in habitually just to be an interlude and got place and time in middle night whenever almost all of people sound asleep, inclination our society for pornography, violence, and crime are very spectacular. The news crime and movie program that has theme of sadism, erotic, and horror got high level rating.
So, this phenomenon is optimism indicated for capitalism people, of course for sociologist and religion people this phenomena is social accident. Our brain memory doesn’t able to download all of file that rebound by many object and many reality in our environment. If we can’t be selective to chose, so our brain will be loss our memory and will be slow-moving to thing and can be error. As a effect we need to restate our brain. If this ways can’t able to solve that problem, of course we need to change it, because we got annoyance hardware in our body.
Wallahu a’lam

Rabu, 10 Juni 2009

Al-Kindi
A. Riwayat Hidupnya
Nama Al-kindi adalah nisbat dari nama suku Banu Kindah. Bani Kindah adalah suku keturunan kindah yang sejak dulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang tinggi dan memiliki pengagum yang banyak.
Nama lengkapnya Al-Kindi adalah Abu Yusuf bin Ishaq Ash-sabbah bin Imran bin Ismai’il bin Qasy Al-Kindi ia alhir di Kuffah tahun 185 H (801 M). Ayahnya adalah Ishaq Ass-sabah yang merupakan guberur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Ar-Rosyid, beliau wafat beberapa tahun setelah al-kindi lahir. Masa kecil al-Kindi mendapat pendidikan di Bashrah. Setelah menyesaikan pendidikannya di Bashrah ia melanjutkan ke Baghdad hingga tamat, ia banyak mengusai berbagai macam ilmu yang berkembang pada masa itu seperti ilmu ketabiban (kedokteran), filsafat, ilmu hitung, manthiq (logika), geometri, astronomi dan lain-lain.
Nama Al-Kindi menanjak setelah dipercaya pihak istana yang saat itu dipimpin oleh khalifah Al-Mu’tashim pada tahun 218 H (833 M) menjadi guru pribadi putranya yang bernama Ahmad bin Mu’tashim. Pada saat inilah Al-Kindi berkesempatan untuk menuliskan karya-karyanya. Al-Kindi adalah seorang yang berilmu pengetahuan yang luas dan dalam. Ratusan karyanya itu dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik dan meteorologi.
Al-Kindi dikenal sebagai filosof Muslim pertama, karena dialah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M, filsafat masih didominasi orang Kristen Suriah. Al-Kindi tak sekedar menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani, namun dia juga menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme. Salah satu kontribusinya yang besar adalah menyelaraskan filsafat dan agama.

B. Karya-Karya Al Kindi
Karya ilmiah Al Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah, tetapi jumlahnya amatlah banyak, Ibnu Nadzim , dalam kitabnya Al-fihrits menyebutkan bahwa karya Al-Kindi lebih dari 230 buah. George N. Atiyeh menyebutkan judul-judul makalah dan kitab karangan Al-kindi sebanyak 270 buah .
Secara garis besar karya-karya al-kindi bisa dikelompok kan menjadi:
Rosail al-Kindi al-Falasifah (Makalah-makalah filsafat al-Kindi) yang berisi 29 makalah.
Fi – al kitab Al-kindi ila Mu’tashim Billah Falsafah Al-ula
(Surat al-Kindi kepada Mu’tashim Billah tentang filsafat pertama).
Dari karangan-karanganya dapat diketahui bahwa Al-Kindi adalah penganut akletisisme; dalam metafisika dan theology ia mengambil pendapatnya aristoteles; dalam psikologi ia mengambl pendapat Plato; daam bidang etika ia mengambil pendapat-pendapat Socrates dan Plato. Meskipun demikian, kepribadian Al-Kindi sebagai filosof Muslim tetap bertahan.

C. Definisi Filsafat Al-KIndi
Menurut Al-Kindi, Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan bersifat menyeluruh (umum), baik esensinya maupun kausa-kausanya. Dengan menambahkan tujuan filsafat sebagai upaya mengamalkan nilai keutamaan.
Al-Kindi berpendapat, filosuf adalah orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang diperolehnya
yaitu orang yang hidup menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup adil. Dengan demikian, Filsafat yang sebenarnya bukan hanya pengetahuan tentang kebenaran, tetapi disamping itu juga merupakan aktualisasi atau pengamalan dari kebenaran itu.
Ia juga menegaskan bahwa tingkatan filsafat yang paling tingi adalah filsafat yang berupaya mengetahui kebenaran yang pertama, kausa daripada semua kebenaran, yaitu filsafat pertama. Filosof yang sempurna dan sejati adalah filosof yang memiliki pengetahuan tentang yang paling utama ini. Pengetahuan tentang kausa (‘illat) lebih utama daripada pengetahuan tentang akibat(ma’lul,effact). Orang akan mengetahui tentang realtas secara sempurna jika mengetahui tentang yang jadi kausanya.

D. Epistimologi

Al-kindi menyebutkan adanya tiga macam pengetahuan manusia, yaitu :
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut pengetahuan inderawi,
Pengetahuan ini terjadi secara tidak langsung ketika manusia mengamati terhadap objek-objek material, kemudian dalam proses tanpa tenggat waktu dan tanpa berupaya berpindah ke imajinasi (musyawirah), diteruskan ke tempat penampunganya yang disebut hafizha (reccollection).
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut pengetahuan rasional,
Yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial, dan bersifat immaterial. Obyek pengetahuan rasional bukan indifidu; tetapi genius dan spesies.
Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan pengetahuan isyraqi atau iluminatif
Yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pancaran Nur Ilahi. Puncak dari jalan ini telah diperoleh oleh para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu Tuhan untuk disampaikan kepada umatnya.

E. Metafisika
Sebagaimana yang dikatakan diawal, Al-Kindi berpendapat bahwa tingkatan filsafat yang tertinggi adalah causa prima . tentang hakikat Tuhan Al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang haq, yang tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah ada selama-lamanya. Tuhan adalah wujud sempuran yang tidak pernah didahului wujud yang lain, dan wujudnya tidak akan pernah berakhir serta tidak ada wujud lain yang tanpa kuasanya.
Dari segi filsafat, argument Al-Kindi sejalan dengan pendapatnya Aristoteles tentang Causa Prima dan penggerak pertama, penggerak yang tidak pernah bergerak. Dari segi Agama, argument Al-Kindi sejalan dengan argument ilmu kalam; alam adalah berubah-ubah, semua yang berubah adalah baru, jadi alam adalah baru. Karena alam adalah baru, maka alam adlah ciptaan yang mengharuskan ada penciptanya, yang mencipta dari tiada (creation ex nihilo)
Tentang dalil keanekaragaman alam dan wujud, Al-Kindi mengatakan bahwa tidak mungkin keaneka ragaman alam wujud tanpa kesatuan, demikian pula sebaliknya tidak mungkin ada kesatuan tnpa keaneka ragaman alam indrawi atau yang dapat dipandang sebagai indrawi.
Mengenai dalil keteraturan alam wujud sebagai bukti adanya tuhan, Al-Kindi mengatakan bahwa keteraturan alam indrawi tidak akan terwujud kecuali tanpa adanya zat yang tidak terlihat, dan zat yang tidak terlihat itu tidak mungkin diketahui adanya kecuali adanya keteraturan dan bekas-bekas yang menunjukan adanya yang terlihat dalam alam ini. Argument ni disebut sebagai argument teologik yang pernah juga dikemukakan oleh Aristoteles dan juga dikemukakan didalam Al-Qur’an
Tentang sifat-sifat tuhan, Al-Kindi berpendirian seperti golongna Mu’tazilah, yang menunonjolkan ke-Esa-an sebagai satu-satunya sifat Tuhan.

F. Etika

Al-Kindi berpendapat bahwa bahwa keutamaan manusiawi tidak lain karena adanya budi pekerti manusia yang terpuji. Keutamaan itu kemudian ia bagi menjadi tiga bagian.
Pengetahuan dan perbuatan.
Agan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian lagi yaitu kebijaksanaan (hikmah), Keberanian (sajaah), dan Kesucian (‘iffah),
Keutamaan manusia tidak terdapat pada jiwa, akan tetapi merupakan hasil dari buah tiga keutamaan diatas.
Hasil keutamaan ketiga hal diatas tercemin dalam keadilan. Penistaan yang merupakan penandanya adalah dengan adanya penganiayaan.

Review Buku Teologi Islam “Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perkembanganya”

Review Buku
Teologi Islam “Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perkembanganya”

Biografi Harun Nasution
Harun Nasution dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 23 September 1919. Ia dilahirkan dari keluarga ulama. Ayahnya bernama Abdul Jabbar Ahmad. Ia adalah seorang ulama sekaligus pedagang yang cukup sukses. Ia mempunyai kedudukan dalam masyarakat maupun pemerintahan. Ia terpilih menjadi Qadhi (penghulu). Pemerintah Hindia Belanda lalu mengangkatnya sebagai Kepala Agama merangkap Hakim Agama dan Imam Masjid di Kabupaten Simalungun. Sedangkan ibunya adalah anak seorang ulama asal Mandailing yang semarga dengan Abdul Jabbar Ahmad. Ia pernah bermukim di Mekah sehingga cukup mengerti bahasa Arab dengan baik. Harun menempuh pendidikan dasar di bangku sekolah Belanda. Ia sekolah di HIS selama tujuh tahun. Selain itu, ia juga belajar mengaji di rumah. Harun Nasution lulus dari HIS sebagai salah satu murid terbaik yang dipilih kepala sekolahnya untuk langsung melanjutkan ke MULO tanpa melalui kelas nol. Namun ayahnya ternyata mempunyai rencana lain untuk Harun. Ia menyuruh Harun untuk sekolah agama seperti kakak lelakinya. Akhirnya Harun memilih sekolah agama di Bukittinggi yang bernama Moderne Islamietische Kweekschool (MIK). MIK adalah sekolah guru menengah pertama swasta modern milik Abdul Gaffar Jambek (putra Syekh Jamil Jambek).
Di sekolah itu, dalam suatu pelajaran gurunya pernah mengatakan bahwa memelihara anjing tidak haram. Ajaran di sekolah itu dirasakan cocok olehnya sehingga ia juga berpikiran bahwa memegang Qur’an tidak perlu berwudhu karena Qur’an hanyalah kertas bisaa, bukan wahyu. Apa salahnya memegang kertas tanpa berwudhu terlebih dahulu. Begitu pula soal sholat, memakai ushalli atau tidak, baginya sama saja. Harun sebenarnya masih ingin bersekolah di MIK. Namun karena melihat kondisi sekolah yang cukup miskin sehingga tidak bisa menghadirkan suasana belajar yang baik, maka ia memutuskan untuk pindah sekolah.
Harun pernah mendengar sekolah Muhammadiyah di Solo yang menurutnya cocok dengan jalan pikiran dia. Ia lalu melamar di sekolah itu. Ternyata lamarannya di HIK (Sekolah Guru Muhammadiyah) diterima. Akan tetapi, orangtuanya tidak merestui ia bersekolah di sana. Orangtuanya merencanakan Harun untuk melanjutkan sekolah di Mekkah. Setelah itu Harun banyak berkonsultasi dengan beberapa ulama, tentang studi di Timur Tengah. Salah satu ulama yang ditemuinya adalah Mukhtar Yahya. Ia lama bersekolah di Mesir. Harun banyak medengar cerita tentang Mesir dari beliau. Setelah lama berdialog dengan Harun, Mukhtar Yahya menyarankan Harun untuk melanjutkan sekolah di Mesir. Harun juga membaca tulisan-tulisan tentang Mesir di majalah Pedoman Masyarakat yang diterbitkan Hamka. Di majalah itu, Harun mengenal pemikiran baru dari Hamka, Muhammadiyah, Zainal Abidin Ahmad, dan Jamil Jambek. Lepas dari itu semua, untuk memenuhi permintaan orangtuanya, akhirnya Harun terpaksa ke Mekah. Namun ia bertekad bahwa setelah dari Mekah ia akan meneruskan sekolah di Mesir. Setelah satu setengah tahun di Mekah, ia lalu melanjutkan sekolah di Mesir. Kepergiannya ke Mesir menggunakan bekal uang dari orangtuanya yang diberikan berdasarkan ultimatum Harun terhadap orangtuanya, bahwa apabila ia tidak diizinkan untuk ke Mesir, maka ia tidak akan pulang ke Indonesia. Harun tiba di Mesir pada tahun 1938. Di Mesir, Harun mendapatkan dan bersentuhan dengan berbagai pemikiran baru. Bukan hanya itu, keberadaannya di Mesir menjadi titik tolak hingga akhirnya ia bisa melanjutkan kuliahnya di McGill University Canada. Dalam bidang pekerjaan, Harun pernah bekerja di Kedutaan Besar Indonesia di beberapa negara di Timur Tengah sampai akhirnya ia menjadi pengajar di IAIN Syarif Hidayatullah dan seterusnya menjadi Rektor di kampus itu .
Ringkasan Buku Teologi Islam
Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, dan Perbandingan (1977). Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama, mengandung uraian tentang aliran dan golongan-golongan teologi. Pada bagian awal ini, beliau memulai dengan penjelasan asal muasal pemunculan aliran-aliran teologi yang ternyata muncul dari pergolakan politik pada saat itu, hal ini dimulai terutama pergolakan politik ketika masa Khulafaur rosidin ”setelah nabi Muhammad Wafat”.
Aliran pertama ialah Khawarij yang mengatakan bahwa orang berdosa besar
adalah kafir, dalam arti keluar dari Islam atau murtad, dan oleh karena itu ia
wajib dibunuh. Aliran kedua ialah Murji’ah yang menegaskan bahwa orang yang berbuat
dosa besar tetap masih mukmin dan bukan kafir, Adapun soal dosa yang
dilakukannya, terserah keapada Allah SWT untuk mengampuni atau tidak
mengampuninya. Dan aliran ketiga ialah Mu’tazilah tidak menerima pendapat-pendapat diatas. Bagi mereka orang yang berdosa besar bukan kafir tetapi juga bukan mukmin.
Orang yang seperti ini kata mereka berada di posisi di antara kedua posisi
mukmin dan kafir, yang dalam bahasa Arabnya terkenal dengan istilah almanzilah
bain almanzilitain (posisi diantara dua posisi).
Dalam pada itu timbul pula dalam Islam dua aliran teologi yang terkenal
dengan nama al-qadariah dan al-jabariah. Menurut qadariah manusia memiliki kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya, atau free will dan free act. Jabariah sebaliknya, berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam segala tingkah lakunya, menurut paham jabariah, bertindak dengan paksaan dari Tuhan. Paham inilah yang disebut paham predestination atau fatalism. Selanjutnya kaum Mu’tazilah terpengaruh oleh ilmu pengetahuan Yunani, dimana pemakaian rasio atau akal mempunyai kedudukan tinggi dalam kebudayaan. Teologi mereka yang bersifat rasional dan liberal itu begitu menarik bagi kaum intelektual yang terdapat dalam lingkungan pemerintahan Kerajaan Islam Abbasiah, sehingga khalifat al-Ma’mun menjadikan teologi Mu’tazilah sebagai mazhab yang resmi dianut negara. Paham mereka mengatakan bahwa Al-Qur’an bersifat makhluq dalam arti diciptakan dan bukan bersifat qadim, dalam arti kekal dan tidak diciptakan.
Kemudian aliran Mu’tazilah ini mendapat tantangan dari golongan tradisional lainnya, terutama golongan Hambali, yaitu pengikut-pengikut mazhab Ibn Hambal. Perlawanan terhadap kaum Mu’tazilah kemudian mengambil bentuk aliran teologi tradisional yang disusun oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari, yang kemudian terkenal dengan nama teologi al-Asy’ariah atau al-Asya’irah. Disamping Asy’ariah timbul pula di kota Samarkand (Iraq) suatu aliran yang
juga menentang Mu’tazilah, yang didirikan oleh Abu Mansur Muhammad al-Maturidi, yang kemudian terkenal dengan nama aliran al-Maturidiah. Sebenarnya aliran ini terbagi dalam dua cabang, yakni Samarkand yang bersifat agak liberal dan cabang Bukhara (Iraq) yang bersifat tradisional . Pada bagian kedua buku ini dijelaskan secara mendetail tentang uraian faham-faham diatas beserta analisa perbandingan dari harun Nasution sendiri, sehingga di dalamnya tercakup sejarah perkembangan dan ajaran-ajaran terpenting dari masing-masing aliran atau golongan itu, dan mengandung analisa dan perbandingan dari aliran-aliran tersebut. Sehingga dapat diketahui aliran mana yang bersifat liberal, mana yang bersifat tradisional. Bagian kedua buku ini lebih membahas tentang konsep teologi islam yang dibenturkan dengan masing-masing aliran teologi tersebut, oleh Harun Nasution dibagi menjadi delapan bab pembahasan yaitu; Akal dan Wahyu, Fungsi Wahyu, Free Will dan Predestination, Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan, Sifat-sifat Tuhan dan yang terakhir adalah Konsep Iman.
Analisa
Dari segi pemikiran, gagasan Prof Harun tak lepas dari petualangan panjangnya. Yang paling menonjol tentu saat ia menuntut ilmu di Makkah dan Mesir. Di kedua negeri inilah, ia terkagum dengan pemikiran tokoh dan pembaru Muhammad Abduh, terutama sekali tentang paham Mu'tazilah yang banyak menganjurkan sikap-sikap qadariah. Di kemudian hari, Harun dikenal sebagai intelektual Muslim yang banyak memperhatikan pembaharuan dalam Islam, meliputi pemikiran teologi, filsafat, mistisisme (tasawuf), dan hukum (fikih) saja, hingga masalah segi kehidupan kaum Muslim. Ada dua obsesi Harun yang paling menonjol. Pertama, bagaimana membawa umat Islam Indonesia ke arah rasionalitas. Kedua, terkait dengan yang pertama, bagaimana agar di kalangan umat Islam Indonesia tumbuh pengakuan atas kapasitas manusia qadariah.
Disisi lain, kalau ditelaah lebih mendalam lagi sebenarnya ada dua hal yang menjadikan alasan mengapa buku ini perlu untuk dikaji. Pertama, buku ini menjelaskan keberagaman aliran-aliran teologi Islam, sebagian pembaca yang mempunyai keberagaman baground keilmuan terkadang merasakan keragu-raguan tentang keyakinan keagamaanya, dan mungkin dengan melalui perkenalan terhadap berbagai aliran yang dipelajari dibuku ini dapat membantu pembaca mengatasi persoalan yang dihadapinya. Kedua, buku ini lahir sebagi sumber pandangan lain kepada para pembaca dalam pemahaman terhadap Islam itu sendiri, tidak dapat dipungkiri umat Islam sering terjebak dan terkoyak-kotak an kepada permasalahan hukum atau fikih saja, sehingga yang muncul Islam tampil sebagai agama yang sempit. Padahal kalau kita telaah lagi masih banyak aspek dalam Islam yang perlu untuk dikaji lebih, seperti halnya aspek teologi, aspek filsafat, aspek kebudayaan, aspek pengetahuan, aspek institusi-institusi dan lain-lain .
Harun adalah seorang figur yang dapat dicatat dalam sejarah Islam Indonesia, sebab dengan pemikiran-pemikiran rasionalnya Harun mencoba untuk menghilangkan salah satu sebab kemunduran umat Islam Indonesia, yaitu dominasi Asy’arisme yang sangat bersifat Jabariyah (terlalu mengarah kepada takdir) atau faham fatalisme. Sebagai usaha ke arah itu, Harun dalam berbagai tulisannya selalu menghubungkan akal dengan wahyu dan lebih tajam lagi melihat fungsi akal itu ke dalam pandangan Al-Qur’an yang demikian penting dan bebas. Untuk pandangan teologi rasional, Harun sering kali menunjukkan pada tradisi pemikiran teologi Mu’tazilah dan juga para pemikir pembaharu berikut seperti Muhammad Abduh dan lainnya. Tapi, mengenai pandangan teologi tradisional Harun menunjukkan pada pandangan Asy’ariyah.
Penulis sendiri juga memandang bahwa sebenarnya umat Islam di Indonesia terkadang hanya disibukkan pada tatanan perbedaan sudut pandang dalam penilaian terhadap keberagaman aliran-aliran yang menimbulkan dampak yang negatif. Penulis menganalogikan sudut pandang dengan contoh bagaimana memandang telapak dan punggung tangan, ketika telapak tangan dipandang dari depan tentunya akan tampak warna putih dan ketika punggung tangan dipandang dari belakang tentunya akan tampak warna sawo matang, diantara kita ternyata sering menghabiskan waktu hanya untuk memperdebatkan hal sama benarnya sementara ketika kita mau sedikit untuk menggeserkan arah sudut pandang kita, tentunya kedua dari warna itu akan muncul serta bias dilihat. Salah satu tipe kepribadian yang banyak melekat pada umat islam adalah dikotomi antara keterbukaan dan ketertutupan pikiran kita terhadap segala sesuatu (Open/Close Minded). Dan keterbukaan terhadap segala sesuatu dari luar pemahaman tentang aliran-aliran menandakan bahwa kita mampu untuk membuka diri kita terhadap apapun yang terkadang mengganggu keseimbangan kita. Amat sulit untuk bisa memahami prinsip-prinsip dari luar yang berbeda dengan apa yang menjadi dasar berpikir kita. Hal ini juga menandakan tingkat toleransi dan fleksibilitas kita terhadap pemikiran-pemikiran lain. Seberapa jauh kita bersikap favorable terhadap apapun yang berbeda dengan kita. Tentunya banyak sekali keuntungan yang diperoleh dengan bersikap terbuka (open minded) terhadap pemikiran serta dunia luar.
Jadi kehadiran buku ini diharapkan mampu menjadikan jembatan bagi umat Islam bagaimana untuk bersikap dalam menanggapi perbedaan tanpa adanya peng-claiman ataupun penistaan terhadap aliran-aliran yang tidak sesuai dengan pemahaman kearah kearifan dalam bertindak dan bersikap yang mampu mencerminkan dari jati diri Islam itu sendiri. Karena perlu diingat bahwa Islam hadir sebagai rahmatan lil ‘alamin.
Wallahu a’lam Bissowab.

Senin, 08 Juni 2009

cerita sukses, motivasi, Cacat

Cacat
Seorang pemikul air di india mempunyai dua wadah air yang besar. Masing-masing wadah itu digantungkan pada kedua ujung kayu yang kemudian dipikul oleh sipemikul air. Salah satu wadah air itu retak , sedang wadah yang lain sempurna dan selalu berisi penuh sejak dipikul dari sungai sampai kerumah tuanya. Adapun wadah yang retak hanya bias membawa air setengahnya saja.
Kejadian itu berlangsung selama kurun waktu dua tahun. Wadah yang sempurna tentu saja bangga akan prestasi yang diarihnya.akan tetapi wadah yang cacat merasa malu atas ketidak sempurnaanya. Selalu merasa sedih karena ia hanya bias membawa separuh dari jumlah air yang seharusnya.
Setelah dua tahun dari apa yang dianggapnya sebagi kegagalan pahit, ia akhrnya bicara kepada sipemikul air di tepi sungai, “ aku malu pada diriku sendiri, dan aku minta maaf kepadamu.”
“mengapa?” Tanya sipemikul air. “apa yang kau malukan?”
“selama dua tahun ini akau hanya dapat mengantarkan air separuh dari wadahku, retak air dari tubuhku memocorkan air sepanjang jalan kerumah tuanmu. Karena cacatku ini, maka kau harus bekerja lebih berat; kau tidak mendapatkan hasil sesuai dengan jerih payahmu,” keluh wadah itu.
Sipemikul air merasa kasihan pada wadah cacat itu, lalu dengan penuh haru ia berkata. “dalam perjalanan ke rumahtuanku nanti, kuharap kau memperhatikan keindahan bunga-bung yang tumbuh dispanjang jalan.”
Memang benar! Ketika mereka mendaki pegunungan, wadah yang cacat itu melihat disepanjang jalan tumbuh bunga-bunga yang indah yang diterpa sinar matahari pagi. Pemandangan ini sedikit menghibur hatinya. Namun, pada akhir perjalanan ia kembali merasa sedih dikarenakan mengetahui air yang disimpanya tinggal separuh karena bocor sepanjang perjalanan, ia kemudian meminta maaf lagi atas kegagalanya.
Sipemikul air berkata kepadanya, “tidakkah kau perhatiakan, bahwa bunga-bunga itu hanya tumbuh disisi yang engkau lalui, bukan disisi wadah yang lain? Itu karena aku mengetahui kelemahanmu lalu aku memanfaatkanya, aku menanam benih disepanjang jalan yang engkau lalui setiap harinya. Setiap hari, setelah aku mengambil air dari sungai, kau menyirami benih-benih itu, selama hampir dua tahun, aku bias memetik bunga nan indah itu untuk menghiasi meja tuanku. Jadi bila keadaanmu tidak demikian, tentu tuanku tidak akan pernah bias mendapatkan keindahan itu didalam rumahnya.”

hikmah dari sebrang
“Sukses Luar Biasa Dahsyat”
“toev612.blogspot.com”

cerita motivasi, SETIXP ORXNG XDXLXH PENTING

SETIXP ORXNG XDXLXH PENTING
Seorang manager memberitahu karyawanya tentang betapa pentingnya ia bagi perusahaan dengan menulis memo tersebut:
KXmu XdXlXh orXng yXng penting
Meskipun mesin ketikku model kuno, tXpi iX dXpXt bekerjX dengXn bXik, kecuXli sXtu huruf sXjX. KXu munkin berfikir bXhwX jikX semuX huruf dXpXt bekerjX dengXn bXik dXn sXtu sXjX yXng rusXk, mXkX tidXk XdX yXng memperhXtikXn, tXpi ternyXtX kerusXkXn pXdX sXtu huruf sXjX dXpXt menghXncurkXn semuX yXng telXh kitX rintis.
KXu mungkin berbicXrX dXlXm hXti, “Xhh….., Xku hXnyXlXh sXtu orXng, mustXhil XdX yXng memperhXtikXn XpXbilX Xku tidXk bersungguh-sungguh.” TXpi sesungguhnyX hXsilnyX XkXn sXngXt berbedX. SebXb, untuk memiliki suXtu lembXgX yXng efektif, suXtu orgXnisXsi hXrus didukung oleh semuX XnggotXnyX dengXn segenXp kemXmpuXn merekX.
JXdi, lXin kXli jikx kXu mengXnggXb dirimu tidXk penting, mXkX ingXtlXh mesin ketik kunoku ini.
YXng jelXs kXmu XdXlXh orXng yXng sXngXt luXrbiXsX penting.

hikmah dari sebrang
“Sukses LuXr BiXsX DXhsyXt”
“toev612.blogspot.com”

Kamis, 04 Juni 2009

sukses..............612X!!!!!!!!!!!

“Teriakan dengan lantang perubahan” itulah kata-kata yang diucapkan oleh Frangky Sahilatua sewaktu diskusi kemarin difila holanda Panderman Batu. Kata-kata itu muncul mungkin dikarenakan beliau merasa tergugah untuk membangkitkan gairah pemuda yang selama ini diakui statis dan cenderung pasif. Perubahan yang positiv menurut kami adalah sebuah proses transformasi culture kearah yang lebih baik. Culture tidak terbentuk secara kebetulan, akan tetapi melalui gesekan-gesekan baik itu melalui adaptasi dan akulturasi. Bukan hanya masalah hasil yang didapat akan tetapi bagaimana proses pembentukanya. “Teriakan dengan lantang” bukan hanya dengan kata-kata akan tetapi lebih mengarah pada perbuatan, kata mewakili semangat dan ide, perbuatan mewakili bukti bahwa kita siap untuk berubah.
Untuk memulai perubahan diperlukan Keberanian. Keberanian untuk tidak takut salah dan takut kalah. Hal ini haruslah kita fahami karena disetiap keputusan yang kita ambil pasti akan diiringi konsekwensi atau resiko yang harus siap kita hadapi. Dalam Hidup ini, setiap keputusan yang kita ambil merupakan sebuah kebijakan yang mampu menentukan kemana arah Hidup kita ini dibawa. Keberanian membutuhkan mental seorang juara, yang tidak menyerah menghadapi tantangan dalam situasi, kondisi bagaimanapun, Mampu untuk bertahan dalam goncangan dan cibiran. Selalu optimis bisa menjalani perubahan kearah yang lebih baik dengan langkah yang dinamis.
Dalam arah organisasi, kita juga terkadang sangat sering dibenturkan dengan keragu-raguan, padahal kalau kita tau bahwa sebenarnya ragu adalah pangkal dari semua kegagalan, hal ini dikarenakan bahwa sanya ketika kita menjalankan sesuatu dengan modal ragu tentu saja energy yang kita gunakan tidak akan pernah mencapai 100%, so. Kegagalan tentu saja menanti pada ujungnya!
Sedikit cerita yang bisa kita jadikan inspirasi bagi kehidupan kita
Ini ceritera tentang empat orang yang bernama: Everybody, Somebody, Anybody dan Nobody.
Ada satu tugas penting yang harus dikerjakan dan Everybody diminta untuk mengerjakannya. Everybody yakin bahwa Somebody akan mengerjakannya. Sebetulnya Anybody dapat mengerjakannya, tetapi Nobody yang mengerjakannya. Somebody marah sebab itu tugas Everybody. Everybody pikir bahwa Anybody dapat mengerjakannya, tetapi Nobody sadar bahwa Everybody tidak akan mengerjakannya. Akhirnya, Everybody menyalahkan Somebody yang sebetulnya Nobody diminta oleh Anybody.

Impian kita dapat terwujud jika memiliki keberanian untuk mewujudkannya, Jika anda tak pernah memcoba anda sudah pasti tak akan berhasil “Teguh Wibawanto, SSi, MM”
Ingat dulur q.
“ Raja bisa memerintah dan merampas apa yang dimiliki oleh rakyatnya, akan tetapi jiwamu adalah tanggung jawabmu!!” (kingdome of heaven)
Oleh karena itu, segala tantangan yang akan kita hadapi haruslah kita jadikan momentum sebagai wahana perubahan, baik itu perubahan pribadi kita ataupun perubahan yang berdimensi sosial kearah puncak kesuksesan yang tertinggi. Ingatlah dulur-dulur q. Untuk perubahan yang lebih baik bukan hanya butuh kesadaran akan tetapi kerelaan hati untuk melakukan yang dibuktikan dengan perbuatan.
Wallahu A’lam