Rabu, 10 Juni 2009

Al-Kindi
A. Riwayat Hidupnya
Nama Al-kindi adalah nisbat dari nama suku Banu Kindah. Bani Kindah adalah suku keturunan kindah yang sejak dulu menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan yang tinggi dan memiliki pengagum yang banyak.
Nama lengkapnya Al-Kindi adalah Abu Yusuf bin Ishaq Ash-sabbah bin Imran bin Ismai’il bin Qasy Al-Kindi ia alhir di Kuffah tahun 185 H (801 M). Ayahnya adalah Ishaq Ass-sabah yang merupakan guberur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan Harun Ar-Rosyid, beliau wafat beberapa tahun setelah al-kindi lahir. Masa kecil al-Kindi mendapat pendidikan di Bashrah. Setelah menyesaikan pendidikannya di Bashrah ia melanjutkan ke Baghdad hingga tamat, ia banyak mengusai berbagai macam ilmu yang berkembang pada masa itu seperti ilmu ketabiban (kedokteran), filsafat, ilmu hitung, manthiq (logika), geometri, astronomi dan lain-lain.
Nama Al-Kindi menanjak setelah dipercaya pihak istana yang saat itu dipimpin oleh khalifah Al-Mu’tashim pada tahun 218 H (833 M) menjadi guru pribadi putranya yang bernama Ahmad bin Mu’tashim. Pada saat inilah Al-Kindi berkesempatan untuk menuliskan karya-karyanya. Al-Kindi adalah seorang yang berilmu pengetahuan yang luas dan dalam. Ratusan karyanya itu dipilah ke berbagai bidang, seperti filsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik dan meteorologi.
Al-Kindi dikenal sebagai filosof Muslim pertama, karena dialah orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M, filsafat masih didominasi orang Kristen Suriah. Al-Kindi tak sekedar menerjemahkan karya-karya filsafat Yunani, namun dia juga menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme. Salah satu kontribusinya yang besar adalah menyelaraskan filsafat dan agama.

B. Karya-Karya Al Kindi
Karya ilmiah Al Kindi kebanyakan hanya berupa makalah-makalah, tetapi jumlahnya amatlah banyak, Ibnu Nadzim , dalam kitabnya Al-fihrits menyebutkan bahwa karya Al-Kindi lebih dari 230 buah. George N. Atiyeh menyebutkan judul-judul makalah dan kitab karangan Al-kindi sebanyak 270 buah .
Secara garis besar karya-karya al-kindi bisa dikelompok kan menjadi:
Rosail al-Kindi al-Falasifah (Makalah-makalah filsafat al-Kindi) yang berisi 29 makalah.
Fi – al kitab Al-kindi ila Mu’tashim Billah Falsafah Al-ula
(Surat al-Kindi kepada Mu’tashim Billah tentang filsafat pertama).
Dari karangan-karanganya dapat diketahui bahwa Al-Kindi adalah penganut akletisisme; dalam metafisika dan theology ia mengambil pendapatnya aristoteles; dalam psikologi ia mengambl pendapat Plato; daam bidang etika ia mengambil pendapat-pendapat Socrates dan Plato. Meskipun demikian, kepribadian Al-Kindi sebagai filosof Muslim tetap bertahan.

C. Definisi Filsafat Al-KIndi
Menurut Al-Kindi, Filsafat adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan bersifat menyeluruh (umum), baik esensinya maupun kausa-kausanya. Dengan menambahkan tujuan filsafat sebagai upaya mengamalkan nilai keutamaan.
Al-Kindi berpendapat, filosuf adalah orang yang berupaya memperoleh kebenaran dan hidup mengamalkan kebenaran yang diperolehnya
yaitu orang yang hidup menjunjung tinggi nilai keadilan atau hidup adil. Dengan demikian, Filsafat yang sebenarnya bukan hanya pengetahuan tentang kebenaran, tetapi disamping itu juga merupakan aktualisasi atau pengamalan dari kebenaran itu.
Ia juga menegaskan bahwa tingkatan filsafat yang paling tingi adalah filsafat yang berupaya mengetahui kebenaran yang pertama, kausa daripada semua kebenaran, yaitu filsafat pertama. Filosof yang sempurna dan sejati adalah filosof yang memiliki pengetahuan tentang yang paling utama ini. Pengetahuan tentang kausa (‘illat) lebih utama daripada pengetahuan tentang akibat(ma’lul,effact). Orang akan mengetahui tentang realtas secara sempurna jika mengetahui tentang yang jadi kausanya.

D. Epistimologi

Al-kindi menyebutkan adanya tiga macam pengetahuan manusia, yaitu :
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan indera disebut pengetahuan inderawi,
Pengetahuan ini terjadi secara tidak langsung ketika manusia mengamati terhadap objek-objek material, kemudian dalam proses tanpa tenggat waktu dan tanpa berupaya berpindah ke imajinasi (musyawirah), diteruskan ke tempat penampunganya yang disebut hafizha (reccollection).
Pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan akal disebut pengetahuan rasional,
Yaitu pengetahuan tentang sesuatu yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal bersifat universal, tidak parsial, dan bersifat immaterial. Obyek pengetahuan rasional bukan indifidu; tetapi genius dan spesies.
Pengetahuan yang diperoleh langsung dari Tuhan disebut dengan pengetahuan isyraqi atau iluminatif
Yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pancaran Nur Ilahi. Puncak dari jalan ini telah diperoleh oleh para Nabi untuk membawakan ajaran-ajaran yang berasal dari wahyu Tuhan untuk disampaikan kepada umatnya.

E. Metafisika
Sebagaimana yang dikatakan diawal, Al-Kindi berpendapat bahwa tingkatan filsafat yang tertinggi adalah causa prima . tentang hakikat Tuhan Al-Kindi mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang haq, yang tidak pernah tiada sebelumnya dan tidak akan pernah ada selama-lamanya. Tuhan adalah wujud sempuran yang tidak pernah didahului wujud yang lain, dan wujudnya tidak akan pernah berakhir serta tidak ada wujud lain yang tanpa kuasanya.
Dari segi filsafat, argument Al-Kindi sejalan dengan pendapatnya Aristoteles tentang Causa Prima dan penggerak pertama, penggerak yang tidak pernah bergerak. Dari segi Agama, argument Al-Kindi sejalan dengan argument ilmu kalam; alam adalah berubah-ubah, semua yang berubah adalah baru, jadi alam adalah baru. Karena alam adalah baru, maka alam adlah ciptaan yang mengharuskan ada penciptanya, yang mencipta dari tiada (creation ex nihilo)
Tentang dalil keanekaragaman alam dan wujud, Al-Kindi mengatakan bahwa tidak mungkin keaneka ragaman alam wujud tanpa kesatuan, demikian pula sebaliknya tidak mungkin ada kesatuan tnpa keaneka ragaman alam indrawi atau yang dapat dipandang sebagai indrawi.
Mengenai dalil keteraturan alam wujud sebagai bukti adanya tuhan, Al-Kindi mengatakan bahwa keteraturan alam indrawi tidak akan terwujud kecuali tanpa adanya zat yang tidak terlihat, dan zat yang tidak terlihat itu tidak mungkin diketahui adanya kecuali adanya keteraturan dan bekas-bekas yang menunjukan adanya yang terlihat dalam alam ini. Argument ni disebut sebagai argument teologik yang pernah juga dikemukakan oleh Aristoteles dan juga dikemukakan didalam Al-Qur’an
Tentang sifat-sifat tuhan, Al-Kindi berpendirian seperti golongna Mu’tazilah, yang menunonjolkan ke-Esa-an sebagai satu-satunya sifat Tuhan.

F. Etika

Al-Kindi berpendapat bahwa bahwa keutamaan manusiawi tidak lain karena adanya budi pekerti manusia yang terpuji. Keutamaan itu kemudian ia bagi menjadi tiga bagian.
Pengetahuan dan perbuatan.
Agan ini kemudian dibagi menjadi tiga bagian lagi yaitu kebijaksanaan (hikmah), Keberanian (sajaah), dan Kesucian (‘iffah),
Keutamaan manusia tidak terdapat pada jiwa, akan tetapi merupakan hasil dari buah tiga keutamaan diatas.
Hasil keutamaan ketiga hal diatas tercemin dalam keadilan. Penistaan yang merupakan penandanya adalah dengan adanya penganiayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar